Indonesia Dekati Resesi?

Nasional, Detak60.com-- Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia belum bisa disebut sudah terkendali. Tak heran kalau pengidap virus ini terus bertambah dalam jumlah signifikan.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 19 Juli 2020 adalah 86.521 orang. Bertambah 1.639 orang (1,93%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Kini kasus corona di Tanah Air sudah melampaui China. Kemarin, jumlah pasien positif corona di Negeri Tirai Bambu adalah 16 orang sehingga total menjadi 83.660 orang.

Indonesia berada di peringkat ke-25 negara dengan kasus corona terbanyak di planet ini. berselisih satu setrip dengan Mesir di posisi 24. Sebagai informasi, jumlah pasien positif corona di Negeri Piramida adalah 87.775 orang, berselisih 1.254 orang dari Indonesia.

Peluang jumlah kasus bertambah signifikan lumayan tinggi. Ada sejumlah faktor penyebab, pertama adalah pemerintah menggeber pelaksanaan tes corona.

Sejauh ini, Indonesia sudah melakukan uji corona terhadap 1.221.518 spesimen. Secara nominal memang yang tertinggi di antara negara-negara anggota ASEAN, tetapi angka tersebut hanya mewakili 4.464 orang per 1 juta penduduk. Dalam hal ini, Indonesia harus terus mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga.

Semakin banyak tes, maka akan semakin banyak kasus yang semula tidak terdeteksi menjadi muncul ke permukaan. Ini adalah hal yang baik, karena seseorang yang sudah terbukti positif terinfeksi virus corona bisa mendapatkan penanganan, entah itu perawatan di rumah sakit atau karantina mandiri. Pokoknya jangan sampai pasien itu menulari orang lain.

Nah, ini kemudian mempengaruhi faktor kedua. Rasio kasus positif terhadap jumlah tes di Indonesia ternyata cukup tinggi.

Dengan 1.221.518 tes dan 86.521 pasien, maka rasionya menjadi 7,08%. Ini adalah yang tertinggi di ASEAN.

Ketiga, tingkat reproduksi (Rt) virus corona juga cukup tinggi. Rata-rata Rt di 34 provinsi per 19 Juli ada di 1,01. Naik dibandingkan sepekan sebelumnya yaitu 0,99.

Rt di atas 1 artinya seorang pasien positif corona masih menulari orang lain. Oleh karena itu, penularan masih terjadi sehingga ke depan jumlah kasus bakal terus meningkat.

Wabah virus corona memang merupakan tragedi kesehatan dan kemanusiaan. Namun cara kita melawan virus ini yang kemudian menciptakan masalah di aspek ekonomi.

Virus corona ditangani dengan membatasi aktivitas publik, pembatasan sosial (social distancing). Sebisa mungkin, kalau tidak ada keperluan mendesak, warga sebaiknya jangan keluar rumah. Walau pun keluar rumah, patuhi protokol kesehatan.

Ini juga berlaku bagi dunia usaha. Tempat wisata, pusat perbelanjaan, sampai restoran belum boleh menerima pengunjung dengan kapasitas penuh, maksimal 50%.

Meski 50% jauh lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali seperti beberapa bulan lalu, tetapi tentu menyebabkan pukulan hebat bagi dunia usaha. Pemasukan pasti turun drastis dibandingkan tahun lalu, sementara pengeluaran masih terus berjalan.

Pengusaha akhirnya terpaksa melakukan efisiensi dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kementerian Ketenagakerjaan menyebut jumlah pekerja yang dirumahkan dan mendapat vonis PHK mencapai 1,7 juta.

Sejak awal bulan lalu, Indonesia sudah memasuki masa normal baru (new normal) di mana masyarakat diizinkan kembali berkegiatan dengan rambu protokol kesehatan. Namun kalau kasus corona terus melonjak, membuat pemerintah bisa saja kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), atau minimal belum menaikkan 'dosis' pelonggaran.

Seperti yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Pekan lalu, Gubernur Jakarta Anies Rasyid Baswedan memutuskan untuk memperpanjang masa PSBB Transisi selama dua minggu lagi. Artinya, berbagai fasilitas umum mulai dan perniagaan boleh dibuka, tetapi dengan kapasitas maksimal 50%. Belum bisa lebih.

Kalau begini terus, maka prospek ekonomi Indonesia menjadi penuh tanda tanya. Bank Dunia sudah memberi wanti-wanti bahwa jika aktivitas publik masih dibatasi, maka Indonesia berisiko masuk jurang resesi.

"Tanpa bantuan pemerintah, pandemi bisa menyebabkan 5,5-8 juta orang Indonesia jatuh miskin pada 2020. Ini adalah akibat dari 2,6-3,6 juta rakyat Indonesia yang kehilangan pekerjaan," tulis laporan terbaru Bank Dunia yang berjudul The Long Road to Recovery.

Sektor yang paling rentan mengalami pemangkasan tenaga kerja, lanjut laporan Bank Dunia, adalah pertanian dan manufaktur. Sementara kelompok yang paling rentan mengalami penurunan penghasilan adalah di perkotaan dengan perkiraan berkurang 5,5-7,5%.

"Separuh dari pemangkasan lapangan kerja terjadi di Jawa dan Sumatra. Lebih dari separuh tinggal di perdesaan," sebut laporan Bank Dunia.

Oleh karena itu, kita semua harus berperan dalam mencegah lonjakan kasus corona. Caranya tidak sulit-sulit amat, cukup dengan sebisa mungkin menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan. Tiga hal itu menjadi kunci untuk mencegah penyebaran virus corona yang pada akhirnya bisa membuat Indonesia menghindari resesi.***


[Ikuti Detak60.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar