Johan pun menyinggung slogan 'Pemilu Berintegritas' yang biasanya ditampilkan KPU saat memberikan paparan dalam rapat dengan Komisi II DPR.
"Tadi di awal biasanya KPU ada 'Pemilu Berintegritas', kok tadi sudah dihapus?" ucap dia.
Ia meminta komisioner KPU tetap semangat dalam menjalankan tugas usai Wahyu terjaring dalam OTT KPK.
"Arief wajahnya lemas, Ilham, (dan) Evi juga menunduk terus dari tadi. Tetap semangat. Jadi, kejadian kemarin apakah itu musibah atau bencana, cobaan atau hukuman, tidak penting lagi," kata eks Juru Bicara KPK ini.
Dia mengatakan bahwa hal yang perlu digarisbawahi saat ini adalah integritas sebuah instansi memiliki batasan waktu. Menurutnya, seseorang baru diketahui tidak memiliki integritas setelah ditangkap oleh aparat penegak hukum.
Lebih jauh Johan pun mengajak semua pihak untuk menunggu perkembangan penyidikan dari kasus OTT, apakah akan menjerat komisioner KPU lainnya.
"Kita tunggu saja, apakah satu komisioner yang kena atau komisioner yang lain kena juga. Jadi, tidak di sini tempatnya," tuturnya.
Lebih jauh disampaikan mantan jubur KPK ini, Ia menyatakan bahwa dugaan suap yang dilakukan oleh Komisioner KPU Wahyu Setiawan merupakan modus baru pidana korupsi yang dilakukan jajaran pemimpin lembaga penyelenggara pemilu. Dulu umumnya komisioner KPU 'main' di seputar pengadaan barang dan jasa.
"Dulu komisionernya itu bermain di pengadaan barang dan jasa, ternyata ada modus baru. Baru atau sudah lama, baru ketahuan sekarang, saya juga enggak tahu dan ternyata bisa juga dimainkan juga oleh komisioner," kata Johan dalam.
Diketahui, KPK menetapkan Wahyu sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terkait dengan penetapan PAW anggota DPR 2019-2024 dari PDIP.
Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar menjelaskan Wahyu diduga menerima hadiah terkait dengan penetapan anggota DPR terpilih 2019-2024.
Ia diduga meminta uang Rp900 juta untuk membantu politikus PDIP Harun Masiku sebagai pengganti anggota DPR yang meninggal dunia, Nazarudin Kiemas.**
Tulis Komentar