Menerawang Konstelasi Politik di Pilpres 2024

Ilustrasi

Nasioanal, Detak60.com-- Konstelasi politik di Pilpres 2024 bakal berubah. Ambang batas presiden atau presidential threshold (PT) tetap ada di kisaran 20 persen suara partai dan 25 persen suara di DPR.  Jika hal tersebut berlaku saat ini, Pilpres 2024 diprediksi paling banyak diikuti oleh tiga pasang calon (Paslon)

Nama Prabowo Subianto disebut bakal bersanding dengan Puan Maharani mengingat hubungan kedua partai itu semakin tampak mesra. Selain itu, dua pasangan yang diprediksi bakal bersanding yakni Anies-AHY dan Airlangga Hartato-Ridwan Kamil.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti membocorkan  konstelasi politik di Pilpres 2024. Ambang batas presiden atau presidential threshold (PT) tetap ada di kisaran 20 persen suara partai dan 25 persen suara di DPR. 

Jika hal tersebut berlaku saat ini, lanjut Ray Pilpres 2024 diprediksi paling banyak diikuti oleh tiga Paslon Dengan asumsi PDIP, Gerindra, NasDem, kedua Golkar, PPP, PKB, sementara yang lain adalah PAN, PKS, PD.

Namun, Ray mengatakan jika PT makin sedikit, potensi capres-nya akan bertambah. Ray menduga parpol-parpol masih akan bertahan dengan presentasi PT ini.  Menurutnya, kekuatan PDIP, Gerindra, NasDem dan Golkar akan kuat untuk mempertahankan PT 20 persen. 

Ray yakin akan sulit menjebol kekuatan tersebut, karena jumlah mereka sudah lebih dari setengah suara di DPR. PT tersebut juga diprediksi akan sama saat Pilpres 2024. Akan tetapi, jika PT bertambah akan banyak memunculkan resistensi khususnya dari partai menengah ke bawah, akademisi, dan pegiat pemilu. 

Ray mengatakan, pengalaman membuktikan bahwa pilpres yang hanya diikuti dua paslon justru membuat ketegangan politik meningkat tajam.  Sehingga, butuh penyeimbang di antara dua pasangan calon yang sama-sama kuat. Mantan Aktivis 98 tersebut mengatakan, ketegangan kontestasi dapat lebih diminimalisasi. 

Lebih dari itu, ada nuansa masyarakat sedang mencari figur di luar figur partai-partai besar seperti PDIP dan Gerindra. Sebab, saat ini masyarakat terlihat kecewa terhadap Presiden Jokowi.  Figur presiden yang lahir dari parpol besar tapi gagal mengawal perjalanan demokrasi, hukum, HAM dan antikorupsi, khususnya di dalam periode kedua kepemimpinannya. 

"Publik, tampaknya sedang mencari figur antitesa itu," tegas Ray Rangkuti. (red/net)


[Ikuti Detak60.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar