DURI, DETAK60.COM - Sejak diluncurkan pada Rabu (23/3/22) di Kecamatan Talang Muandau oleh Bupati Bengkalis, Kasmarni, silam, ternyata Program Sistem Pengantaran Obat-obatan Terintegrasi (SIMPONI) terkesan mentah tanpa perencanaan yang matang, serta banyak kekurangan.
Pelengkap tenaga program itu yang semestinya diisi sejumlah posisi asisten apoteker ternyata hanya isapan jempol. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota minyak, diketahui harus memberdayakan driver ambulan untuk memenuhi program tersebut. Yang mana tentunya untuk honor dan gaji belum diketahui apakah ada tambahan atau tidaknya.
Hal tersebut terungkap saat monitoring dan kunjungan kerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bengkalis, Komisi IV beberapa waktu lalu.
Saat itu Direktur RSUD Mandau, dr Chairiah dan Kabid Pelayanan, Armen mengakui jika Program SIMPONI belum berjalan maksimal. Akhirnya driver Ambulance yang diberdayakan sebagai petugas pengantaran obat ke pasien.
Tak hanya itu saja, jumlah pasien yang bisa diantarkan obatnya hanya sampai 12 pasien dalam kurun waktu 1×24 jam alias 1 hari.
"Belum adanya asisten apoteker membuat driver ambulan yang terpaksa mengantarkan obat ini kealamat pasien, "ujar Chairiah saat itu di depan para anggota DPRD Bengkalis yang melaksanakan monitoring dan kunjungan.
Hal itu tentu saja sangat miris dan membuat masyarakat kecewa akan program yang dibuat, namun ujung - ujungnya jauh dari harapan.
"Yang benar saja, kalau mau berbuat kemasyarakat yang harus ikhlas. Jika seperti ini kesannya setengah hati. Ibarat bangunan fisik, dibangun dulu baru dirancang. Terbalik. Niatnya baik, tapi blunder, "ujar salah seorang masyarakat, Hendra saat berbincang dengan awak media, Sabtu (23/4/22). ***